MENYAMBUT DIBUKANYA AKSES TOL PARUNGKUDA-CIBADAK

PENDAHULUAN

Jalan Tol Bocimi sangat dinantikan oleh masyarakat Sukabumi. Jalan tol ini akan menghubungkan kawasan Sukabumi ke kawasan Megapolitan Jabodetabek. jalan toll ini diharapkan akan menjadi trigger pertumbuhan ekonomi di kawasan Sukabumi, Pelabuan Ratu bahkan sampai kawasan Cianjur.

Pembukaan Tol Bocimi Fase 1 (Ciawi-Cicurug) pada tahun 2018 telah banyak membantu pengguna jalan untuk mempersingkat perjalanannya, sebagaimana diketahui sebelumnya ruas jalan arteri Cibadak-Cicurug-Ciawi merupakan bencana lalu lintas yang nyata adanya, bagaimana tidak, jalan sepanjang 34 KM yang normalnya bisa ditempuh  selama 40 menit dengan kendaraan roda 4, pada kenyataannya membutuhkan waktu yang berjam-jam. Dengan beroperasinya Tol Bocimi fase 1 tersebut mampu mengurangi waktu tempuh perjalanan secara signifikan.

Pembukaan Tol Bocimi Fase 2

Dengan beroperasinya Tol Bocimi Fase 1 penumpukan kendaraan biasanya yang terjadi pada area Caringin, Benda, dan beberapa titik lainnya bisa tertampung oleh jalan tol. Dengan dibukanya akses tol Cigombong juga mempercepat kendaraan yang hendak menuju ke arah Sukabumi untuk memasuki area Cicurug, maka dari itu penumpukan kendaraan pada area Cicurug tidak dapat terhindarkan dan bertambah buruk hari demi harinya.

Potret Kemacetan di kawasan Cicurug

Setelah selesainya Tol Bocimi Fase 1, Pembangunan Jalan Tol Bocimi dilanjutkan ke fase 2 yaitu section Cigombong sampai dengan Parungkuda. Meskipun terkendala Covid 19 yang menyebabkan pekerjaan banyak tertunda pada akhirnya Tol Bocimi fase2 direncanakan akan Rampung pada awal tahun 2023.

Dengan dibukanya exit tol Parungkuda sudah tentu akan mengurangi penumpukan kendaraan di area Cicurug yang terkenal akan kemacetannya, namun bukan berarti permasalahan transportasi Sukabumi utara secara makro akan terselesaikan. Penumpukan kendaraan di Cibadak sudah pasti terjadi, dan permasalahan yang akan terjadi di Cibadak disinyalir akan  lebih rumit dibandingkan kemacetan yang terjadi di Cicurug saat ini.

Penyelesaian berbagai masalah transportasi dengan rekayasa Enjineering seperti fly over, Underpass mungkin jadi jalan yang terbaik, akan tetapi mengingat biaya investasi yang tinggi, tentunya akan sulit terlaksana.

Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah yang penulis kemukakan disini lebih bersifat rekayasa lalu lintas, mengingat rekayasa lalu lintas diharapkan mampu memecahkan masalah dengan biaya yang cukup rendah

1.      Mengurangi terjadinya konflik lalu lintas

Konflik lalu lintas adalah bertemunya kendaraan yang berbeda arah pada satu titik, konflik Minor adalah bertemunya kendaraan dengan tujuan yg sama, dan konflik major adalah bertemunya kendaraan dengan tujuan yg berbeda. Konflik major dan minor memiliki kontribusi yang berbeda terhadap kemacetan lalu lintas. Tentunya konflik major memiliki kontribusi lebih tinggi dibandingkan konflik minor.

Alternatif yang bisa dilakukan disini adalah dengan membuat bundaran pada pertigaan Cibadak-Pelabuan ratu.

Dengan adanya bundaran pada persimpangan akan merubah konflik major menjadi konflik minor, diharapkan derajat kejenuhan pada simpang bisa diturunkan

2.      Memecahkan titik konsentrasi transit angkutan umum

Seperti yang dilakukan KCI Kereta Commuter Indonesia yang memecah konsentrasi transit penumpang di Stasiun Tanah Abang, dipecah ke dua titik yaitu Sta. tanah Abang itu sendiri dan stasiun Manggarai dengan cara menonaktifkan Commuter Bogor-Tanah Abang.

Hal serupa mungkin bisa dilakukan di kawasan Cibadak dengan memindahkan lokasi transit angkutan umum Cicirug-Cibadak dan Cibadak-Cisaat dari semula berlokasi di Pasar Cibadak ke sekitar Lapangan Siliwangi.

Dengan pemindahan titik transit pengguna angkutan umum ini diharapkan beban lalu lintas yang diterima oleh jalan dari arah pertigaan menuju pasar Cibadak hanya angkutan umum arah Cibadak-Cicurug, tidak perlu menanggung beban lalu lintas yang diakibatkan oleh angkutan umum Cibadak-Cisaat. Dengan ini konsentrasi penumpang transit dan konsentrasi aktivitas pasar bisa terbagi.

3.      Mengurangi hambatan samping

Hambatan samping merupakan gangguan-gangguan lalulintas yang diakibatkan oleh aktifitas-aktifitas di samping jalan (Trotoar). Hambatan samping bisa berupa pedagang kaki lima, pejalan kaki, parkir sepeda motor,drop off barang, dll. Hambatan samping memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap kemacetan. Hal ini bisa diatasi dengan pembuatan median jalan yang memaksa pengguna jalan tetap berada pada lajurnya masing-masing. Hal ini bisa kita lihat pada area pasar Cipanas Cianjur.

Pada median jalan dibuat pagar yang cukup tinggi untuk menghindari penyebrang jalan. Untuk penyebrang jalan, perlu dibuatkan jembatan penyebrangan pada beberapa titik.

Simpulan

Telah banyak penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Teknik Sipil yang mengkaji kemacetan pada area ini. Secara teknis tingkat kepadatan lalulintas dapat diukur dan dipecahkan dengan mudah, Akan tetapi kearifan lokal, kebiasaaan masyarakat,tingkat pendidikan yang ada di Indonesia terkadang menyulitkan para profesional dan akademisi dalam menyelesaikan masalah. Perlu kedewasaan bersama dalam berlalulintas agar permasalahan lalu lintas seperti ini bisa diatasi dengan baik.

Saran

Untuk meningkatkan disiplin dalam berlalu lintas sebaiknya angkutan umum yang memiliki kontribusi kemacetan pada area Cibadak ini bisa dikelola secara profesional. Seperti halnya jaklingko jakarta, perilaku pengemudi bisa lebih baik,profesional dan tidak cenderung mengejar setoran yang akhirnya merugikan semua pihak.

Pendapat penulis ini bersifat asumsi, perlu dibuatkan model penelitian yang lebih lanjut agar hasilnya lebih terukur.

Perlu keseriusan bersama antara pemangku kebijakan, pengusaha, dan organda yang berkepentingan terhadap kawasan Cibadak.

Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat.

 

Oleh Triono., SPd.MT

Staf pengajar Univ Nusaputra

Riwayat pendidikan : S1 teknik Sipil UPI Bandung, S2 Teknik Sipil UPH Jakarta